Thursday, December 20, 2012

Dear My WIfe


Dear Istriku yg sangat kucinta,
Hari berganti hari terasa begitu cepat berlalu saat hari bahagia itu datang menjelang Segala fikiran dan waktu telah tercurahkan bersama u/ satu tujuan agar acara itu berlangsung sesuai rencana Begitu hari itu tiba, mungkin itu adalah momen terbaik yang pernah aku alami Jantungku berdegup kencang saat kuucap kalimat ijab qabul itu Saat itu juga kuterbayang bahwa kini tugas dan tanggung jawabku lebih besar dari sebelumnya Kini kumenjadi imam dari seorang wanita yang kunikahi Tanpa dirimu sadari, hal inipun mungkin yang dilakukan pula oleh calon suami yang lain Bertanya kesana kemari mengenai pra dan pasca nikah Tak puas dengan jawaban satu orang, beralih bertanya pada orang lain yang sudah berpengalaman dengan pertanyaan yang sama, hingga kumantapkan hati ini atas nama Allah Saat telah sah menjadi suamimu, entah mengapa hati dan pikiranku menjadi "gamang". Bingung apa yang harus dilakukan. Bingung memikirkan hal-hal apa yang harus kulakukan agar membuatmu senang tiap harinya. Bingung memikirkan hal-hal yang tak dirimu sukai Seringkali saat terbangun pagi hari, aku selalu bertanya, apakah benar kini kumenjadi suami dari seorang wanita yang telah kunikahi? Benarkah kini ku siap melangkah hari-hari bersama denganmu?
Tapi saat itu kumenemukan rasa yang berbeda daripada saat sebelum menikah. Rasa itu indah, aneh, dan istimewa. Bagaimana rasa itu? Aku pun tak bisa mendeskripsikannya dengan detail.
Ujian tiba saat kita tak bisa tiap hari bersama hingga saat ini, karena aktivitas dan pekerjaan yang kita lakukan guna masa depan Bukan yang mudah menjalani hari-hari itu Hampir tiap hari aku dicela, meski bercanda, mengenai status yang telah kita sandang, namun tak berbeda kelihatannya seperti sebelumnya. Dirimu pun mungkin mengalaminya Seringkali kujawab dengan pertanyaan yang berbeda-beda dengan alasan u/ membesarkan hatiku sendiri Meskipun demikian, aku tak pernah marah pada mereka, pun pada Allah Aku anggap ini adalah perjalanan dan pelajaran hidup u/ kita sebagai bekal melalui cobaan yang lain yang mungkin jauh lebih berat daripada ini hingga salah satu di antara kita atau bahkan mungkin kita berdua dipanggil oleh-Nya Alhamdulillaah, ternyata kita telah melalui semuanya selama 4 bulan, yang kuanggap tak ada masalah, hanya sedikit kekurangan disana sini yang cukup diberikan tambahan bumbu saja Namun, anggapanku tak sepenuhnya benar adanya Beberapa kali dirimu menanyakan dan menyatakan akan banyak hal yang aku lakukan selama ini, namun jauh daripada cukup, hingga puncaknya hari ini Aku merenung dalam memikirkan banyak hal tentang dirimu. Ternyata hal-hal yang selama ini kulakukan terlalu besar, sedangkan hal-hal kecil seperti "perhatian", kurang begitu kuperhatikan Banyak pertanyaan u/ diriku sendiri selama perenungan. Pertanyaan yang sering muncul dalam benak adalah apakah sebenarnya sudah layak & pantas menjadi suami? Krn masih banyak prinsip yang belum aku miliki dan lakukan hingga saat ini. Pertanyaan lain kemudian adalah, jika "waktu" itu tiba lebih cepat dari apa yang dibayangkan dan aku meninggalkanmu lebih dahulu, apa saja yang telah aku siapkan dan lakukan u/ dirimu sebagai bekal kehidupanmu di masa yg akan datang? Ternyata belum ada.
Berkali-kali pertanyaan2 itu muncul begitu saja dan akupun hingga sulit menjawabnya lagi.
Aku tidak tahu kapan "waktu" itu akan datang. Namun, aku sering membayangkan bahwa itu tak lama lagi.
Andai benar itu terjadi, aku hanya ingin menyampaikan dan menitipkan satu hal padamu. Rasa cintaku padamu tak perlu dirimu ragukan. Bukan harta melimpah yang aku berikan padamu, tapi cinta, yang lebih besar dan indah dari apapun di dunia ini. Cinta atas dasar kecintaan pada Sang Pencipta. Maafkan atas segala kekurangan dan kesalahan suamimu. Maafkan jika diriku belum menjadikanmu benar2 istri yang bangga terhadap suaminya. Maafkan jika waktu ini lebih cepat dari harapan kita. Maafkan jika ku tak sempat meminta maaf padamu secara langsung. Maafkan aku, istriku.. Maaf..

Monday, December 10, 2012

PERTAMINA Sobat Bumi


Hati-hati dengan pikiran, dia nanti menjadi perkataan
Hati-hati dengan perkataan, dia nanti jadi perbuatan
Hati-hati dengan perbuatan, dia nanti jadi kebiasaan
Hati-hati dengan kebiasaan, dia nanti jadi watak
Hati-hati dengan watak, karena dia akan menentukan nasib

(Ceramah Pagi Ust. Komaruddin)
55thn PERTAMINA Sobat Bumi

Thursday, November 22, 2012

Raga Penaung Jiwa


Hai Raga,
Telah apa yang kau lakukan hingga saat ini
Banyak kebaikan atau kah kesalahan
Inilah yg menjadi buah ketidakpercayaan baik oleh orang lain, pun bahkan Allah Sang Pencipta Kini kau telah sadar wahai raga yang menaungi jiwa
Kekuranganmu bukan pada kelengkapan sistem organ tubuhmu, tp karena pikir, rasa, dan laku
Saat keinginan tak sejalan, sewajarnya jika tak menjadi sebuah realisasi atas doa dari harapan
Saat kepercayaan menjadi akar problema, semua tak akan jadi apa2, yang tersisa hanya kenangan kisah Sekeras apapun asa itu ditata, tak akan bisa jika rasa percaya itu tiada

Kini, yang berlaku hanya satu
Memperbaiki sikap dan laku, hingga diri tak ragu akan harapan semu yang akan menjadi nyata dan indah
Tiada rugi untuk menjadi diri senantiasa lebih baik, karena pahala dan ridha dari-Nya lah yang ingin diraih, bukan genggaman tengan yg berisi dunia

Tuesday, October 30, 2012

Pesawat


Saat ini aku sdg duduk2 menikmati santapan makanan gratis yg disediakan di Lounge u/ pemegang CC BNI.
Alhamdulillaah.. Perut telah terisi penuh oleh aneka rupa warna-warni hidangan yg ada di sini.
Alangkah mewahnya bandara ini hingga sudut2nya, jarang sekali kutemui kekumuhan yg terjadi.
Kulihat keluar landasan, pesawat2 mewah dan kokoh menunggu para penumpang yg ingin menaikinya. Mungkin usia pesawat itu lebih tua dari umurku. Tentu saja telah melayani penerbangan untuk jutaan penumpang di berbagai daerah. Dan aku bagian dari penumpang itu.
Pesawat-pesawat itu telah banyak berjasa bagi banyak orang. Penghubung tempat yg jauh menjadi terasa dekat.
Pesawat-pesawat itu menjadi saksi kesuksesan dan keberhasilan banyak orang dalam berbagai aktivitas.

Wednesday, October 17, 2012

Kuta Sendiri


Kuta, pantai yg banyak sekali org dtg berbondong-bondong u/ tamasya, foto, selancar...
Kini aku berada disini, tempat keramaian para turis memanjakan diri..
Kepala2 manusia berkeliaran hilir mudik di sepanjang pasir putih ini, tapi bagiku ini semua sepi..
Ragaku berdiri kokoh memandangi matahari yg perlahan hilang bersama datangnya malam..
Tp pikir dan rasaku ada di kota yg jauh disana..
Tmpt sang kekasih hati sdg tak bersuka cita..
Aku seperti menjadi aktor antagonis dalam drama keluarga yg bersenang2 dalam kesusahan hati..

Wednesday, September 5, 2012

Rasa Aku


Aku yg dlu tak mengerti rasa ini, kini tak lagi kuragukan
Aku yg dlu acuh ttg rasa ini, kini kurindu saat rasa itu berlalu
Cinta, selalu saja menjadi misteri bagi hati para pencari dan empunya

Tp entah mengapa, rasa itu telah kumiliki. Namun kadang masih terasa hampa.
Apakah rasa itu belum sempurna karena masih ada celah-celah yg belum menyatu padu
Ataukah ada yg mencoba membuatku ragu menjadi itu menjadi rasa yg semu

Yang pasti,
Apa yg telah kumiliki, tak akan kulepas pergi ataupun sampai terdiam terseret hingga mati