Dear Istriku yg sangat kucinta,
Hari berganti hari terasa begitu cepat berlalu saat hari
bahagia itu datang menjelang Segala fikiran dan waktu telah tercurahkan bersama
u/ satu tujuan agar acara itu berlangsung sesuai rencana Begitu hari itu tiba,
mungkin itu adalah momen terbaik yang pernah aku alami Jantungku berdegup
kencang saat kuucap kalimat ijab qabul itu Saat itu juga kuterbayang bahwa kini
tugas dan tanggung jawabku lebih besar dari sebelumnya Kini kumenjadi imam dari
seorang wanita yang kunikahi Tanpa dirimu sadari, hal inipun mungkin yang
dilakukan pula oleh calon suami yang lain Bertanya kesana kemari mengenai pra
dan pasca nikah Tak puas dengan jawaban satu orang, beralih bertanya pada orang
lain yang sudah berpengalaman dengan pertanyaan yang sama, hingga kumantapkan
hati ini atas nama Allah Saat telah sah menjadi suamimu, entah mengapa hati dan
pikiranku menjadi "gamang". Bingung apa yang harus dilakukan. Bingung
memikirkan hal-hal apa yang harus kulakukan agar membuatmu senang tiap harinya.
Bingung memikirkan hal-hal yang tak dirimu sukai Seringkali saat terbangun pagi
hari, aku selalu bertanya, apakah benar kini kumenjadi suami dari seorang
wanita yang telah kunikahi? Benarkah kini ku siap melangkah hari-hari bersama
denganmu?
Tapi saat itu kumenemukan rasa yang berbeda daripada saat
sebelum menikah. Rasa itu indah, aneh, dan istimewa. Bagaimana rasa itu? Aku
pun tak bisa mendeskripsikannya dengan detail.
Ujian tiba saat kita tak bisa tiap hari bersama hingga
saat ini, karena aktivitas dan pekerjaan yang kita lakukan guna masa depan
Bukan yang mudah menjalani hari-hari itu Hampir tiap hari aku dicela, meski
bercanda, mengenai status yang telah kita sandang, namun tak berbeda
kelihatannya seperti sebelumnya. Dirimu pun mungkin mengalaminya Seringkali
kujawab dengan pertanyaan yang berbeda-beda dengan alasan u/ membesarkan hatiku
sendiri Meskipun demikian, aku tak pernah marah pada mereka, pun pada Allah Aku
anggap ini adalah perjalanan dan pelajaran hidup u/ kita sebagai bekal melalui
cobaan yang lain yang mungkin jauh lebih berat daripada ini hingga salah satu
di antara kita atau bahkan mungkin kita berdua dipanggil oleh-Nya
Alhamdulillaah, ternyata kita telah melalui semuanya selama 4 bulan, yang
kuanggap tak ada masalah, hanya sedikit kekurangan disana sini yang cukup
diberikan tambahan bumbu saja Namun, anggapanku tak sepenuhnya benar adanya
Beberapa kali dirimu menanyakan dan menyatakan akan banyak hal yang aku lakukan
selama ini, namun jauh daripada cukup, hingga puncaknya hari ini Aku merenung
dalam memikirkan banyak hal tentang dirimu. Ternyata hal-hal yang selama ini
kulakukan terlalu besar, sedangkan hal-hal kecil seperti "perhatian",
kurang begitu kuperhatikan Banyak pertanyaan u/ diriku sendiri selama
perenungan. Pertanyaan yang sering muncul dalam benak adalah apakah sebenarnya
sudah layak & pantas menjadi suami? Krn masih banyak prinsip yang belum aku
miliki dan lakukan hingga saat ini. Pertanyaan lain kemudian adalah, jika
"waktu" itu tiba lebih cepat dari apa yang dibayangkan dan aku
meninggalkanmu lebih dahulu, apa saja yang telah aku siapkan dan lakukan u/
dirimu sebagai bekal kehidupanmu di masa yg akan datang? Ternyata belum ada.
Berkali-kali pertanyaan2 itu muncul begitu saja dan
akupun hingga sulit menjawabnya lagi.
Aku tidak tahu kapan "waktu" itu akan datang. Namun,
aku sering membayangkan bahwa itu tak lama lagi.
Andai benar itu terjadi, aku hanya ingin menyampaikan dan
menitipkan satu hal padamu. Rasa cintaku padamu tak perlu dirimu ragukan. Bukan
harta melimpah yang aku berikan padamu, tapi cinta, yang lebih besar dan indah
dari apapun di dunia ini. Cinta atas dasar kecintaan pada Sang Pencipta.
Maafkan atas segala kekurangan dan kesalahan suamimu. Maafkan jika diriku belum
menjadikanmu benar2 istri yang bangga terhadap suaminya. Maafkan jika waktu ini
lebih cepat dari harapan kita. Maafkan jika ku tak sempat meminta maaf padamu
secara langsung. Maafkan aku, istriku.. Maaf..