Wednesday, March 20, 2013

Sahabat Lama dan Baru


Sudah banyak cerita, novel, film, lagu, ttg sahabat.. Semuanya menarik..
Rugi benar jika ada orang di dunia ini yg sahabatnya adalah diri sendiri
Sahabat bisa seperti kakak, adik, bahkan orang tua
Sahabat bisa saling support satu sama lain, berbagi suka dan duka, selalu diingat dan punya kenangan tersendiri dalam kehidupan masing2 pelakunya.
Tp sampai berapa lamakah tali persahabatan itu akan dibawa?
Saat menemukan sahabat baru, apakah sahabat yg lama hanya menjadi terkenang?
Saat berjauhan, komunikasi terbatas,, apakah masih menganggap istimewa persahabatan yang lama?
Mengingat hidup ini sesaat, aku hny bisa mencari sebanyak2nya sahabat hingga ku tak bs lagi menemukan waktu apalagi sahabat baru

Saturday, March 16, 2013

DIAM


DIAMnya laki2, ingin mengintrospeksi kekurangan diri
DIAMnya laki2, tanda kekesalan thdp sesuatu, namun tak ingin menjadi lebih runyam karena perdebatan yang tak sepaham
DIAMnya laki2, karena ingin meredam emosi sesaat yg sering muncul tak terkendali
DIAMnya seorang suami, karena teramat sedih yang belum bisa menjadi suami terbaik seperti yg diinginkan istrinya, yg tak benar2 percaya apa yg diputuskan

Monday, March 4, 2013

KGC lovely


Apa kabar, KGC?
Lama tak terdengar, semoga masih bisa mendengar
Lama tak bersuara, semoga masih lantang berkata
Lama tak terlihat, mudah2an masih bisa jelas memandang harapan dan asa
Meski tak akan lagi bisa melangkah bersama, tetaplah bisa berdiri tegap, mandiri, dan penuh semangat juang tinggi menatap perjalanan panjang yang mungkin tinggal sejengkal lagi menuju cita yang suci.
Salam perjuangan, salam terhangat dari orang yang akan merindukan (dan semoga dirindukan) kini dan nanti, I will miss you All..

Tuesday, January 1, 2013

Dear Allah


Dear Allah,
Engkau pasti mengetahui rasaku saat ini
Engkaupun pasti mengetahui pikirku saat ini
Engkau juga tentu mengetahui keinginan diri ini
Sebuah keinginan yang didambakan banyak pasangan baru suami istri
Memiliki buah hati yang mampu mengisi dan menemani hari

Thursday, December 20, 2012

Dear My WIfe


Dear Istriku yg sangat kucinta,
Hari berganti hari terasa begitu cepat berlalu saat hari bahagia itu datang menjelang Segala fikiran dan waktu telah tercurahkan bersama u/ satu tujuan agar acara itu berlangsung sesuai rencana Begitu hari itu tiba, mungkin itu adalah momen terbaik yang pernah aku alami Jantungku berdegup kencang saat kuucap kalimat ijab qabul itu Saat itu juga kuterbayang bahwa kini tugas dan tanggung jawabku lebih besar dari sebelumnya Kini kumenjadi imam dari seorang wanita yang kunikahi Tanpa dirimu sadari, hal inipun mungkin yang dilakukan pula oleh calon suami yang lain Bertanya kesana kemari mengenai pra dan pasca nikah Tak puas dengan jawaban satu orang, beralih bertanya pada orang lain yang sudah berpengalaman dengan pertanyaan yang sama, hingga kumantapkan hati ini atas nama Allah Saat telah sah menjadi suamimu, entah mengapa hati dan pikiranku menjadi "gamang". Bingung apa yang harus dilakukan. Bingung memikirkan hal-hal apa yang harus kulakukan agar membuatmu senang tiap harinya. Bingung memikirkan hal-hal yang tak dirimu sukai Seringkali saat terbangun pagi hari, aku selalu bertanya, apakah benar kini kumenjadi suami dari seorang wanita yang telah kunikahi? Benarkah kini ku siap melangkah hari-hari bersama denganmu?
Tapi saat itu kumenemukan rasa yang berbeda daripada saat sebelum menikah. Rasa itu indah, aneh, dan istimewa. Bagaimana rasa itu? Aku pun tak bisa mendeskripsikannya dengan detail.
Ujian tiba saat kita tak bisa tiap hari bersama hingga saat ini, karena aktivitas dan pekerjaan yang kita lakukan guna masa depan Bukan yang mudah menjalani hari-hari itu Hampir tiap hari aku dicela, meski bercanda, mengenai status yang telah kita sandang, namun tak berbeda kelihatannya seperti sebelumnya. Dirimu pun mungkin mengalaminya Seringkali kujawab dengan pertanyaan yang berbeda-beda dengan alasan u/ membesarkan hatiku sendiri Meskipun demikian, aku tak pernah marah pada mereka, pun pada Allah Aku anggap ini adalah perjalanan dan pelajaran hidup u/ kita sebagai bekal melalui cobaan yang lain yang mungkin jauh lebih berat daripada ini hingga salah satu di antara kita atau bahkan mungkin kita berdua dipanggil oleh-Nya Alhamdulillaah, ternyata kita telah melalui semuanya selama 4 bulan, yang kuanggap tak ada masalah, hanya sedikit kekurangan disana sini yang cukup diberikan tambahan bumbu saja Namun, anggapanku tak sepenuhnya benar adanya Beberapa kali dirimu menanyakan dan menyatakan akan banyak hal yang aku lakukan selama ini, namun jauh daripada cukup, hingga puncaknya hari ini Aku merenung dalam memikirkan banyak hal tentang dirimu. Ternyata hal-hal yang selama ini kulakukan terlalu besar, sedangkan hal-hal kecil seperti "perhatian", kurang begitu kuperhatikan Banyak pertanyaan u/ diriku sendiri selama perenungan. Pertanyaan yang sering muncul dalam benak adalah apakah sebenarnya sudah layak & pantas menjadi suami? Krn masih banyak prinsip yang belum aku miliki dan lakukan hingga saat ini. Pertanyaan lain kemudian adalah, jika "waktu" itu tiba lebih cepat dari apa yang dibayangkan dan aku meninggalkanmu lebih dahulu, apa saja yang telah aku siapkan dan lakukan u/ dirimu sebagai bekal kehidupanmu di masa yg akan datang? Ternyata belum ada.
Berkali-kali pertanyaan2 itu muncul begitu saja dan akupun hingga sulit menjawabnya lagi.
Aku tidak tahu kapan "waktu" itu akan datang. Namun, aku sering membayangkan bahwa itu tak lama lagi.
Andai benar itu terjadi, aku hanya ingin menyampaikan dan menitipkan satu hal padamu. Rasa cintaku padamu tak perlu dirimu ragukan. Bukan harta melimpah yang aku berikan padamu, tapi cinta, yang lebih besar dan indah dari apapun di dunia ini. Cinta atas dasar kecintaan pada Sang Pencipta. Maafkan atas segala kekurangan dan kesalahan suamimu. Maafkan jika diriku belum menjadikanmu benar2 istri yang bangga terhadap suaminya. Maafkan jika waktu ini lebih cepat dari harapan kita. Maafkan jika ku tak sempat meminta maaf padamu secara langsung. Maafkan aku, istriku.. Maaf..

Monday, December 10, 2012

PERTAMINA Sobat Bumi


Hati-hati dengan pikiran, dia nanti menjadi perkataan
Hati-hati dengan perkataan, dia nanti jadi perbuatan
Hati-hati dengan perbuatan, dia nanti jadi kebiasaan
Hati-hati dengan kebiasaan, dia nanti jadi watak
Hati-hati dengan watak, karena dia akan menentukan nasib

(Ceramah Pagi Ust. Komaruddin)
55thn PERTAMINA Sobat Bumi