Tak ada...
Sungguh tak ada...
Tak ada yang menjadikan bangga terhadap diriku yang aku sendiripun tak tahu siapa aku
Lihat saja...
Apa yang bisa dilihat dari seorang yang tak bisa melihat
Ku punya mata, tapi mataku tak bisa melihat
Dengar saja...
Apa yang bisa didengar dari seorang tak ada bisa mendengar
Ku punya telinga, tapi telingaku tak bisa mendengar
Kedua mata dan telingaku tak bisa berfungsi saat panggilan Allah datang lantang
Tertutup, keduanya tertutup
Usiaku sudah lebih 20 tahun
Belum ada yang membuat diri ini bangga bermegah ataupun prestasi yang menjulang tinggi
Belum ada ataukah memang tak ada. Banyak ilmu yang telah aku gali, banyak tempat yang telah aku jajahi, banyak orang yang telah aku kenal dan pahami, tapi semuanya tak ada. Tak ada yang bisa membekas dalam pikir dan hati. Semuanya mudah berlalu melaju tak menghiraukan panggilan keinginan diri yang membutuhkannya menjadi referensi. Tak ada, yang menjadikan gumawah untuk diri.
Ilmu. Tak ada ya Allah, sungguh tak ada. Banyak buku yang telah kubaca, tak ada yang bisa kuingat apa yang telah kubaca. Setiap hari kepala ini mengunyahnya, tapi tak lama diludahkannya kembali seakan semuanya tak ada guna. Bermerah-merah mata ini, berbusa-busa mulut ini, berdenging-denging telinga ini, tapi semuanya tak dianggapnya. Banyak sudah pengajar mengajar yang aku ikuti, semuanya tak ada. Apa yang diucapkan dan dilontarkannya bak meriam yang memecah kebatuan otak-otak para pencari ilmu-Mu, tak berarti bagiku. Berbagai tempat telah kutapaki yang mungkin menjadikan diri lebih mudah memahami, tak juga membantuku.
Sungguh ya Allah, semuanya tak ada yang bisa kuingat. Sesaat kuingat, namun semuanya mudah berlalu begitu saja mengabaikan harapan diri yang ingin membuatnya seolah bagian tubuh hilang yang ingin kusambung dan kurangkai dalam rangka yang keropos ini.
Bermacam ujian tulis dan lisan telah kulalui, semuanya tak ada ya Allah. Sungguh tak ada. Tak ada yang membekas dalam diri sedikitpun. Hanya selembar kertas nilai yang kudapat yang hanya bisa kubanggakan sesaat, tak lama. Mengapa bisa seperti ini ya Allah. Padahal kuingin membanggakan mereka yang telah berkorban banyak untuk diri ini dan kuingin membanggakan-Mu ya Allah. Kuingin membuktikan pada-Mu bahwa Engkau tak sia-sia telah menciptakan diri ini bisa merasakan berbagai keindahan di bumi. Kuingin menjadi khalifah di bumi ini sesuai perintah-Mu ya Allah.
Namun, bagaimana ini bisa terjadi? Hal yang bisa dilakukan kebanyakan orang, tak bisa kulakukan.
Sangat hinakah diri ini ya Allah? sehingga mungkin Engkau tak merahmati dan meridhai segala apa yang telah kulakukan dan kudapatkan. Apakah semuanya ini akan menjadi kesia-siaan dan tak akan menjadi syafaat di akherat nanti ya Allah.
Berbagai cara telah aku lakukan ya Allah. Apakah memang diri ini tak Engkau takdirkan untuk bisa mengamalkan apa telah kudapat ya Allah. Bahkan sekarang ini, jangankan bisa kuamalkan, kusendiri pun tak bisa menyimak saat ilmu itu datang gementang tak habis-habisnya. Tapi, seakan semua inderaku menutup dengan sendirinya. Mataku, yang begitu aku harapkan dan andalkan, kini tak lagi bisa. Mata ini begitu lelah, kantuk selalu medera setiap kucoba simak berbagi ilmu yang ada. Apa dekat saatnya untuk diri ini tidur selamanya dari dunia, ya Allah?
Jika memang benar, apa yang harus kupersiapkan ya Allah? Kusendiri tak tahu ilmu-Mu. Ibadah yang Kau perintahkan telah banyak kulakukan, namun ku tak tahu semuanya ya Allah. Ku tak tahu makna tiap bacaan shalat yang telah kuhafal matang semenjak diri ini paham ini adalah perintah-Mu. Namun sungguh ya Allah, tak kupahami semuanya. Puasaku. Tak membekas sebagai akhlak dalam diri. Semuanya seakan menjadi kesia-siaan, tak ada guna untuk diri.
Tak ada ya Allah. tak ada hal yang lain yang begitu ku inginkan selain Ridha-Mu ya Allah. Kuingin, kurindu, kuberharap kelak bisa bertemu dengan-Mu ya Allah, dengan para rasul-Mu.
No comments:
Post a Comment